Bulan Ramadhan hampir tiba, kaum musliminpun menyambutnya dengan penuh
harap dan kebahagian. Bagaimana tidak?! Bulan yang penuh barokah dan
keutamaan. Bulan diturunkannya Al Qur’an yang menunjuki manusia kepada
kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akherat. Maka tak heran kaum
muslimin menyambutnya dengan penuh suka cita.
Demikianlah Allah memberikan keutamaan pada bulan ini yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya.
1. Keutamaan Bulan Ramadhan [1]
Sangat jelas dan gamlang keutamaan
Ramadhan dibanding bulan lainnya, namun kiranya masih perlu dipaparkan
secara ringkas keutamaannya sebagai motivator semangat kaum muslimin
beramal sholeh padanya. Diantara keutamaan tersebut adalah:
a. Bulan Ramadhan adalah bulan Alquran karena Alquran diturunkan pada bulan tersebut sebagaimana firman Allah
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ
فَلْيَصُمْهُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, hendaklah dia berpuasa.” (Surat Albaqarah ayat 185)
Dalam ayat di atas, bulan Ramadhan
dinyatakan sebagai bulan turunnya Alquran, lalu pernyataan tersebut
diikuti dengan perintah yang dimulai dengan huruf <ف> –yang berfungsi menunjukkan makna ‘alasan dan sebab’– dalam firmanNya: <فََمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ>.
Hal itu menunjukkan bahwa sebab pemilihan bulan Ramadhan sebagai bulan
puasa adalah karena Alquran diturunkan pada bulan tersebut.
b. Dalam bulan ini, para setan dibelenggu, pintu neraka ditutup, dan pintu surga dibuka sebagaimana sabda Rasulullah
« إِذَا جَاءَ رَمَضانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النِيْرَانِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ »
“Jika datang bulan Ramadhan dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka serta dibelenggu para setan” [2]
Oleh karena itu, kita dapati dalam bulan
ini sedikit terjadi kejahatan dan kerusakan di bumi karena sibuknya kaum
muslimin dengan berpuasa dan membaca Alquran serta ibadah-ibadah yang
lainnya; dan juga dibelenggunya para setan pada bulan tersebut.
c. Di dalamnya terdapat satu malam yang dinamakan lailatul qadar, satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Qadr.
إِ
نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ
الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌمِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ
الْمَلَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ
سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
(al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu?Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan
sampai terbit fajar. (Surat Al Qadr ayat:1-5)
Melihat keutamaan-keutamaan ini
tentunya membuat seorang muslim lebih bersemangat dalam menyambutnya
dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin menjelang datangnya bulan
tersebut.
2. Persiapan Menghadapi Ramadhan
Diantara yang harus dipersiapkan seorang muslim dalam menyambut kedatangan bulan yang mulia ini adalah:
a. Menghitung Bulan Syakban
Salah satu bentuk persiapan dalam
menghadapi Ramadhan yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin adalah
menghitung bulan Syakban, karena satu bulan dalam hitungan Islam adalah
29 hari atau 30 hari sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah dalam hadits
Ibnu Umar, beliau bersabda:
«
الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُوْنَ لَيْلَةً، فَلا َتَصُوْمُوْا حَتَّى
تَرَوْهُ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ »
“Satu bulan itu 29 malam. Maka jangan
berpuasa sampai kalian melihatnya. Jika kalian terhalang (dari
melihatnya), maka genapkanlah 30 hari” [3]
Maka tidaklah kita berpuasa sampai kita
melihat hilal (tanda masuknya bulan). Oleh karena itu, untuk menentukan
kapan masuk Ramadhan diperlukan pengetahuan hitungan bulan Syaban.
b. Melihat hilal Ramadhan (Ru’yah)
Untuk menentukan permulaan bulan Ramadhan
diperintahkan untuk melihat hilal, dan itulah satu-satunya cara yang
disyariatkan dalam Islam sebagaimana yang dijelaskan oleh an-Nawawi
dalam al-Majmu’ (6/289-290) dan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughniy
(3/27). Dan ini adalah pendapat Ibnu Taimiyah yang berkata, “Kita sudah
mengetahui dengan pasti bahwa termasuk dalam agama Islam beramal dengan
melihat hilal puasa, haji, atau iddah (masa menunggu ), atau yang
lainnya dari hukum-hukum yang berhubungan dengan hilal. Adapun
pengambilannya dengan cara mengambil berita orang yang menghitungnya
dengan hisab, baik dia melihatnya atau tidak, maka tidak boleh” [4]
Kemudian perkataan beliau ini merupakan
kesepakatan kaum muslimin. Sedang munculnya masalah bersandar dengan
hisab dalam hal ini baru terjadi pada sebagian ulama setelah tahun
300-an. Mereka mengatakan bahwa jikalau terjadi mendung (sehingga hilal
tertutup) boleh bagi orang yang mampu menghitung hisab untuk beramal
dengan hisabnya itu hanya untuk dirinya sendiri. Jika hisab itu
menunjukkan rukyah, maka dia berpuasa, dan jika tidak, maka tidak boleh.
[5] Lalu, bagaimana keadaan kita sekarang?
Adapun dalil tentang kewajiban menentukan permulaan bulan Ramadhan dengan melihat hilal sangat banyak, di antaranya adalah:
1. Hadits Ibnu Umar terdahulu.
2. Hadits Abu Hurairah, beliau berkata, “Rasulullah bersabda,
« صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ أَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ »
“Berpuasalah kalian karena melihatnya
dan berbukalah kalian (untuk idul fithri) karena melihatnya. Jika
(hilal) tertutup oleh mendung, maka sempurnakanlah Syakban 30 hari.” (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).
3. Hadits ‘Adi bin Hatim, beliau berkata, “Rasulullah bersabda,
« إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَصُوْمُوْا ثَلاَثِيْنَ إِلاَّ أَنْ تَرَوْا الْهِلاَلَ قَبْلَ ذَلِكَ »
“Jika datang Ramadhan maka berpuasalah 30 hari kecuali kalian telah melihat hilal sebelumnya” [6]
Penentuan bulan Ramadhan dengan cara
melihat hilal dapat ditetapkan dengan persaksian seorang Muslim yang
adil sebagaimana yang dikatakan Ibnu Umar:
تراءى الناس الهلال فأخبرت النبي أني رأ يته فصام وأمر الناس بصيامه
“Manusia
sedang mencari hilal, lalu aku khabarkan Nabi bahwa aku telah melihatnya
maka beliau berpuasa dan memerintahkan manuasia untuk berpuasa.” [7]